Sejarah Garuda Wisnu Kencana


Sejarah Garuda Wisnu Kencana

Dewa Wisnu, sang Dewa Pemeliharaan, dilambangkan sebagai sumber kebijakan dan pemeliharaan. Ia merupakan salah satu manifestasi keagungan Sang Pencipta yang bertugas memelihara dan merawat seluruh isi bumi. Dewa wisnu memiliki amerta (air) yang menjadi sumber kesuburan untuk kemakmuran dan kehidupan semesta.
Alkisah di sebuah negeri, tersebutlah seorang Rsi yang baik nan bijaksana. Rsi tersebut bernama Rsi Kasyapa. Beliau memiliki 2 orang istri yakni Kadru dan Winata. Rsi kasyapa selalu berbuat adil kepada kedua istrinya, walaupun begitu salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menaruh rasa iri dan dengki kepada Winata. Kisah pun berlanjut, alkisah Kedua istri Rsi Kasyapa masing-masing dikaruniai momongan(anak). Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran keluarga Rsi Kasyapa.
Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha(air) yang diebut-sebut dapat memberikan keabadian kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun hanya setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Ucaihswara. Oleh karena Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadapa Winata, Kadru kemudian menantang Winata untuk menebak warna Kuda Ucaihswara yang belum terlihat oleh mereka.
Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus bersedia menjadi budak dan selalu mentaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih. Sebelum kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya(naga) bahwa kuda itu sebenarnya berwarna putih.
Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman. Benar saja kuda yang dulunya putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata. Karena Winata merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya. Garuda wisnu kencana
Mengetahui kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Dia kemudian bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang dan malam. Keduanya berhasil menahan imbang disetiap pertarungan sampai akhirnya para Nagapun memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat membawakan Tirtha Amartha kepada para Naga.
Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu, Dewa Wisnu menyanggupinya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang kemudian disebut sebagai Garuda Wisnu Kencana.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminumnya tirtha itu terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat. Namun tetesan tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian disetiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang terbelah.
Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.

 Kisah sejarah Garuda Wisnu Kencana berakhir ketika ibunya bebas dari perbudakan.

Comments

  1. Blackjack - Casino & Games - DrMCD
    Welcome 구리 출장샵 to the Official Blackjack Casino Site, where you'll find our games, 부천 출장샵 tournaments, 정읍 출장안마 and jackpots as 세종특별자치 출장샵 a member of the community. Our website 밀양 출장샵 is constantly updated

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Arti-arti Bahasa bali

Bahasa Sarkstik di Bali